HeiHooo!!
Well, yeah, finally I write something again since April. And, it’s also a quick post.
Hehehe…
Kali ini saya akan membicarakan tentang betapa absurdnya perkiraan jarak yang ada di pikiran penduduk setempat kota-kota di China. Sebelumnya hal ini sudah pernah saya ungkit sedikit di postingan saya tentang Jalan Payung. Tetapi, setelah dipikir-pikir saya cukup sering ketipu soal perkiraan jarak dan waktu selama di negeri tirai bambu itu. Jadi, untuk yang mau pergi ke sana tanpa ikut tur atau backpacking, mungkin ini bisa memberikan kalian semua gambaran kalau di China itu tidak semuanya pasti.
Oke, kalau di Jakarta kita biasa dengan kemacetan yang membuat kita sulit untuk memprediksi waktu, kan. Nah, kalau di China, tanpa kemacetan pun waktu tiba di tujuan sangan sulit untuk diprediksi.
Waktu itu saya pergi berkelana mendaki gunung lewati lembah (beneran loh ini, bukan niru-niru Ninja Hattori) ke Xi’an – iyah, yang saya sakit2an naik kereta itu. Waktu itu saya dan rombongan menaiki kereta dari kota untuk mendaki gunung Hua Shan. Nah, waktu beli tiket kita tanya donk ke penjualnya berapa lama waktu tempuh untuk sampai ke Hua Shan. Penjual tiketnya dengan yakin bilang waktunya hanya 20 menit, kita bahkan tanya berkali-kali untuk meyakinkan diri kalau dia enggak bohong. Dan, ternyata, firasat kami kalau tu penjual tiket bohong soal waktu tempuh kejadian juga. Yaps, ternyata waktu tempuhnya adalah satu setengah jam!! Padahal keretanya non-stop!! Aiissshh…
Waktu pulang dari Hua Shan ke kota-pun, kami bernasib sama. Karena stasiun kereta agak jauh, kali ini kami memilih naik bis. Sekali lagi kami bertanya kepada driver bus-nya, berapa lama waktu tempuh-nya. Driver bus itu menjawab yakin hanya dibutuhkan satu jam untuk kembali ke kota. Well, lagi-lagi kami dibohongi, karena ternyata membutuhkan waktu 2 jam untuk sampai ke kota padahal waktu itu gak macet sama sekali!! Dan, bahkan itu masih jauh dari penginapan kami!! Hadeeeh…
Okay, that was my trip with train. Kejadian ini bahkan terjadi untuk walking distance.
Jadi ceritanya saya baru datang ke Beijing dan hendak menghadiri buka puasa bersama di kedutaan. Sesampainya di stasiun subway Dong Zhimen saya bertanya kepada satpam berapa jauh jika berjalan dari stasiun itu ke KBRI, si satpam dengan yakinnya menjawab hanya 200 meter, jadi cuma berjalan kira-kira 10 – 15 menit. Dan, saya berjalan di tengah hujan, berjalan, berjalan, terus berjalan, tapi enggak nyampe-nyampe!! Entah berapa jauh, tapi kami harus berjalan lebih dari satu jam sebelum akhirnya sampai di KBRI!! K*****t emang tu satpam!!
Dan, pengalaman terakhir yang saya ingat adalah ketika kami bermaksud ke Bell Tower di Xi’an. Sebelum pergi, kami bertanya dengan resepsionis Hotel di mana letak Bell Tower tersebut. Dan, lagi-lagi dengan sangat yakin seperti pejuang ’45, dia bilang sangat dekat dan kami hanya perlu berjalan. Dia bahkan menggambarkan peta sederhana, yang hanya terdiri dari garis lurus dan satu belokan, untuk memberi petunjuk kepada kami. Sudah bisa anda sekalian tebak, kami berjalan, bertanya, berjalan, bertanya, tapi tetap enggak sampe-sampe!! Ini apa-apaan, sih!! Akhirnya, setelah jalan di tengah terik matahari, makan segala jajanan tradisional Xi’an yang ada di tepi jalan, kami sampai juga di Bell Tower. Meskipun kami enggak jadi masuk karena waktu-nya mepet dengan jadwal kereta pulang ke Beijing. Hhhhh… -_____-
Begitulah pengalaman saya dengan ke-absurd-an penduduk China dalam memperkirakan jarak. Mungkin dalam pikiran mereka, jalan-jalan yang jauh itu dekat dan waktu tempuh itu semuanya hanya sekitaran 20 menit – mungkin karena jam-nya palsu, yah… ooops…
Jadi, buat temans sekalian yang mau travel ke China, pesan saya, sih hati-hati dengan pengaturan waktu dan jarak tempuh. Apabila bertanya dengan penduduk setempat atau penjual tiket, kalikan saja jarak atau waktu yang mereka berikan dengan 10. Maka kalian sudah bersiap untuk kemungkinan terburuk… Buahahaha…
Yang kangen dengan jajanan di Muslim Street Xi’an
Febi